Senin, 15 November 2010
Aku selalu hadir untukmu
Setelah lama berpikir, akhirnya dia berjalan ke posisi yang diyakininya sebagai ruang kelas anaknya, yaitu di sudut kanan belakang gedung yang sudah rata dengan tanah itu. Ia mencari linggis, lalu mulai menggali reruntuhan gedung itu, sementara beberapa orang tua murid lainnya berdiri menangis, menepuk-nepuk dada mereka dan berkata dengan lirih.."Anakku..anakku...!". Beberapa orang tua murid dan sukarelawan yang ada di sana berusaha menarik pria itu untuk keluar dari atas puing2 itu.."Pak, menjauhlah dari sana, karena itu bisa membahayakanmu. Nanti kami yang akan membereskannya, " kata petugas yang ada dilokasi itu. "Apakah Anda mau membantu saya sekarang ?", tanya pria itu, tetapi petugas itu tidak menjawab pertanyaannya.
pria itu tidak perduli dengan pendapat dan larangan orang lain, ia terfokus pada pencarian anaknya. Ia terus menggali, dari satu jam...enam jam...dua belas jam...dua puluh empat jam...tiga puluh enam jam...lalu pada jam ketiga puluh delapan ia berhasil membongkar sebongkah puing besar. Kemudian di bawah puing itu terdengar suara beberapa anak kecil, lalu pria itu berteriak.."Armaaand...". dari bawah terdengar jawaban.."Ayaah..aku disini..aku tau bahwa Ayah pasti akan datang. Ayah, aku memberitahukan teman2ku bahwa kalau Ayah selamat, Ayah pasti menyelamatkan kami, karena Ayah berjanji akan selalu hadir untukku. Hari ini kau memenuhi janjimu ayah...". Kemudian.." Bagaimana keadaan di bawah sana Nak ?", tanya sang ayah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar