Kamis, 13 Oktober 2011

MATA YANG MENDENGAR, JARI YANG MELIHAT

(Perancis dan seluruh dunia, 1824 hingga kini)

Berita Alkitab itu diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di seluruh
dunia, bukankah begitu?

Akan tetapi, . . . bagaimana dengan manusia yang tidak dapat melihat?
Bagaimana dengan manusia yang tidak dapat mendengar? Bagaimana dengan
manusia yang memang dapat melihat dan mendengar, namun tidak dapat
membaca? Bukankah mereka itu juga berhak memperoleh berita Alkitab?

Ada bermacam-macam cara menyampaikan Firman Allah kepada orang-orang
yang buta, yang tuli, atau yang buta huruf. Pasal 3 dan pasal 11 dalam
buku ini, serta beberapa pasal dalam jilid-jilid lain dari buku seri
ini, memuat kisah nyata tentang hamba-hamba Tuhan yang pernah menyusun
abjad untuk bahasa yang belum pernah ditulis, lalu mengajarkannya
kepada orang-orang buta huruf sehingga mereka dapat membaca Alkitab
dalam bahasa ibu mereka.

Akan tetapi, . . . bagaimana kalau ada orang-orang tertentu yang
tidak begitu berminat belajar membaca? Bagaimana kalau ada suku
terasing yang sama sekali tidak peduli akan hal tulisan atau bahan
cetakan? Bagaimana kalau menurut adat kebiasaan suku itu, segala
sesuatu sebaiknya disampaikan secara lisan saja?

Untuk orang-orang seperti itu, ada banyak pengabar Injil di seluruh
dunia yang suka menyampaikan inti Alkitab berupa serangkaian cerita.
Mereka bercerita mulai dengan penciptaan alam, dan mencapai puncaknya
dengan menceritakan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kadang-kadang ada cerita-cerita Alkitab yang direkam; lalu rekaman itu
diputar di daerah pemukiman yang terpencil. Kadang-kadang ada juga
gambar-gambar sederhana yang dapat turut menjelaskan "Alkitab lisan"
itu.

Lain lagi masalahnya di negeri Jepang. Konon, bangsa Jepang pada
umumnya sangat maju dan berpendidikan tinggi. Namun bagi orang Jepang
yang tuli, besar halanggannya jika ia hendak membaca Alkitab. Sama
seperti kaum tuna rungu di negeri-negeri lain, orang-orang tuli di
Jepang itu dapat berkomunikasi melalui isyarat tangan. Akan tetapi,
bahasa Jepang yang disampaikan melalui isyarat itu, agak berbeda
dengan bahasa Jepang yang ditulis. Banyak seluk beluk yang harus
diperagakan dengan raut muka dan sikap badan. Oleh karena itu, orang
tuli di Jepang amat sulit membaca Alkitab dengan penuh pengertian,
walau dalam bahasanya sendiri sekalipun.

Pada tahun 1993, sekelompok umat Kristen di Jepang mulai menyediakan
Firman Allah dalam bentuk yang sungguh lain daripada yang lain.
Seorang Jepang yang pandai memperagakan bahasa isyarat itu
berturut-turut "membacakan" seluruh isi Kitab Injil Markus. Semua
gerak-geriknya itu diabadikan dengan bantuan sebuah kamera video. Lalu
rekaman video itu diperbanyak dan diedarkan kepada orang-orang tuli
di seluruh Jepang. Barulah mereka benar-benar dapat menangkap seluruh
arti Berita Baik tentang Tuhan Yesus. Boleh dikatakan, orang-orang
Jepang itu memperoleh Firman Tuhan melalui mata yang mendengar.

Mungkin kisah nyata yang paling menarik tentang berbagai macam usaha
sepanjang abad untuk menyediakan Alkitab bagi orang-orang yang ada
kelainannya itu, ialah cerita tentang jari yang melihat. Cerita itu
dimulai hampir dua abad yang lalu, dengan seorang bocah Perancis
bernama Louis Braile . . . .

Louis Braile dilahirkan pada tahun 1809, di sebuah desa yang letaknya
tiga puluh kilometer di sebelah timur ibu kota Paris. Ayahnya seorang
tukang pembuat tali-temali. Si Louis suka bermain dengan sisa-sisa
kulit binatang yang dipakai di bengkel ayahnya. Pada suatu hari,
ketika ia berusaha membuat lubang dengan penggerek, alat itu selip dan
mengenai pada bola matanya.

Sebagai akibat kecelakaan itu, Louis Braille menjadi buta sama
sekali. Namun ia masih tetap ingin belajar tentang segala sesuatu,
masih tetap ingin menikmati hidupnya sepenuhnya. Dengan bantuan orang
tua dan kakak-kakaknya, bocah tuna netra itu menemukan berbagai-bagai
cara untuk memanfaatkan setiap kecakapan yang masih ada padanya.
Misalnya: Bila ia mencium bau daging ayam, bawang, dan kentang, ia
tahu bahwa ibunya sedang memasak sup. Bila ia mendengar bunyi
gerabak-gerubuk roda besar di jalan, ia tahu bahwa tetanggannya sedang
membawa hasil tani ke pasar.

Tetapi anggota tubuh yang paling menolong si Louis untuk mengalami
keanekaragaman dunia di sekitarnya itu ialah, kesepuluh jarinya.
Dengan jari-jarinya itu ia dapat menjamah sehingga dapat membedakan
buah apel dengan buah jeruk, alat penggerek dengan alat pengikis,
kotak kecil dengan buku besar.

Nah, buku-uku itu! Khususnya buku-buku yang menarik perhatian si
Louis. Ia senang mendengar cerita yang disampaikan oleh orang lain.
Namun dalam hatinya ia bertanya: Kapan aku dapat membaca sendiri
buku-buku yang memuat cerita-cerita itu?

Pada umur sepuluh tahun, Louis Braille meninggalkan rumah orang
tuanya dan pergi ke Paris, karena ia telah diterima di sebuah sekolah
khusus untuk anak-anak buta. Ia sangat merindukan keluarganya. Namun
ia senang dapat pergi ke sekolah, karena ia telah mendengar, di
sekolah itu anak-anak tuna netra pun dapat belajar membaca buku.

Memang di sekolah itu ada buku-buku khusus untuk orang buta. Setiap
buku itu besar sekali, karena di dalamnya setiap huruf harus dicetak
menonjol. Dengan menjamah huruf-huruf yang besar itu satu persatu, si
Louis dapat mengenali bentuk tonjolannya. Lalu dengan susah payah ia
dapat mengingat deretan huruf-huruf yang digabung itu sehingga menjadi
kalimat.

Perlahan-lahan saja cara Louis Braille dapat membaca! Namun dalam
waktu yang singkat, ia telah berhasil membaca semua buku yang ada di
perpustakaan sekolah khusus itu.

"Mahal sekali mencetak sebuah buku gede dengan huruf-huruf yang
menonjol begini!" para guru menjelaskan kepadanya. "Kau tidak usah
mengharapkan orang akan mencetak banyak buku semacam itu."

Louis Braille sungguh merasa kecewa pada saat ia menyadari bahwa
jumlah buku dalam perpustakaan khusus di sekolah anak-anak buta di ibu
kota itu kurang dari dua puluh jilid. Tetapi ia berbesar hati bila
para guru mulai mengajar ketrampilan-ketrampilan lain, di samping
membaca. Ia menjadi pandai memainkan piano, organ, dan selo (semacam
alat musik gesek yang mirip biola tetapi ukurannya lebih besar). Ada
juga bengkel pembuat sepatu di sekolah itu, dan si Louis begitu rajin
bekerja sehingga ia ditunjuk menjadi mandornya.

Pada umur dua belas tahun, Louis Braille sempat bertemu dengan mantan
guru kepala sekolah khusus itu, yakni orang yang mula-mula medapat
gagasan mencetak buku-buku besar dengan huruf-huruf menonjol. Si Louis
sangat menghargai jasa guru pensiunan yang sudah tua itu. Namun ia pun
rindu menemukan suatu cara untuk menghasilkan banyak buku bagi orang
buta, dan bukan hanya sedikit saja.

Rasanya harus ada semacam abjad khusus, kata Louis Braille pada diri
sendiri. Setiap huruf dalam abjad baru itu harus cukup sederhana, dan
harus juga cukup kecil sehingga dapat dirasakan oleh ujung jari
manusia.

Pada waktu liburan sekolah, si Louis pulang ke desa. Sepanjang masa
libur itu, ia tekun mengadakan percobaan dengan bermacam-macam bahan
baku dan alat pertukangan. Ia berusaha menyusun suatu abjad baru
dengan memakai berbagai-bagai bentuk: bulat, segitiga, dan persegi
empat. Bahkan ia berusaha menggunakan tanda-tanda zodiak sebagai
pengganti huruf-huruf biasa. Namun semua usahanya itu sia-sia belaka.

Bila Louis Braille dan teman-temannya kembali ke sekolah di ibu kota,
kepada mereka guru kepala menyerahkan beberapa helai kertas tebal
dengan bintik-bintik kecil yang terasa menonjol. "Seorang perwira
tentara telah menyesuaikan semacam kode Morse sehingga dapat dipakai
pada waktu malam," kata guru kepala itu. "Di tempat yang sedang
terjadi peperangan, berbahaya sekali pada malam hari jika menyalakan
lilin atau lampu. Jadi, melalui sistem ini, para tentara dapat
menjamah berbagai tonjolan, dan dengan demikian mereka dapat mengerti
perintah yang hendak disampaikan oleh atasan mereka."

Nah, ini dia! kata Louis Braille dalam hati. Ia sudah menemukan
prinsip abjad baru yang sangat dirindukannya itu. Aku dapat membuat
tonjolan-tonjolan kecil seperti ini, dengan menggunakan alat penggerek
dari bengkel ayahku. Tetapi . . . sistem sang perwira ini masih kurang
praktis, karena tidak cocok dengan ukuran ujung jari manusia.

Jika manusia menudingkan jari, ujungnya itu berbentuk lebih meninggi
daripada melebar. Jadi, pada kertas tebal si Louis membuat susunan
enam bintik tonjolan; susunan itu tingginya tiga bintik dan lebarnya
dua bintik. Sedikit demi sedikit ia menyusun berbagai-bagai kombinasi
antara keenam bintik tonjolan itu, sehingga dengan demikian ia dapat
membuat sebuah abjad baru. Dan abjad itu dapat dijamah dengan cepat
oleh jari-jari manusia, sehingga dengan demikian orang buta dapat
membaca banyak buku! . . .

Ya, sungguh menakjubkan: Tulisan Braille itu ditemukan oleh seorang
bocah Perancis yang baru berumur 15 tahun. Memang sistemnya itu masih
perlu diperkembangkan dan disempurnakan. Namun tulisan Braille, yang
pada masa kini dikenal di seluruh dunia, semuanya berasal dari
penemuan si Louis pada tahun 1824 itu.

Sebagai seorang dewasa, Louis Braille menjadi guru anak-anak tuna
netra dan pemain organ di gereja. Lama sekali ia harus memperjuangkan
sistem tulisannya itu. Ia pun meninggal tahun 1852 pada umur relatif
muda, sebelum tulisan Braille itu menjadi lazim di mana-mana. Namun
lambat laun sistemnya itu terbukti secara tuntas sebagai cara yang
paling praktis untuk menyediakan banyak buku bagi kaum tuna netra.

Kitab lengkap yang pertama-tama dicetak dalam tulisan Braille itu
adalah Kitab Mazmur. Contoh singkat yang dipakai untuk memperkenalkan
tulisan Braille dalam bahasa Italia, bahasa Spanyol, bahasa Jerman,
dan bahasa Inggris ialah, Doa Bapa Kami. Pada masa sekarang, sudah ada
Alkitab tulisan Braille dalam berpuluh-puluh bahasa, termasuk bahasa
Indonesia. Satu Alkitab lengkap dengan tulisan abjad khusus pada
kertas tebal itu terdiri dua puluh jilid; beratnya 41 kilogram.

Banyak orang buta di seluruh dunia yang dapat menerima Berita Baik,
oleh karena penemuan Louis Braille itu ketika ia baru berumur 15
tahun. Dengan jari yang melihat, kaum tuna netra di mana-mana dapat
memperoleh Firman Allah dalam bahasa mereka sendiri.

Kisah Tiga Pohon [Dipakai Tuhan, rencana Tuhan]

Suatu kali peristiwa ada tiga pohon di atas sebuah bukit dalam sebuah hutan. Mereka sedang berbincang-bincang tentang harapan-harapan dan mimpi-mimpi mereka.
Pohon yang pertama berkata, Suatu hari nanti aku berharap bisa menjadi sebuah kotak tempat penyimpanan harta. Aku bisa dihiasi dengan ukiran-ukiran yang rumit, setiap orang akan melihat kecantikanku. Kemudian pohon yang kedua berkata, Suatu hari nanti aku akan menjadi sebuah kapal yang besar.Aku akan membawa para raja dan ratu mengarungi lautan sampai ke ujung-ujung bumi. Setiap orang akan merasa aman dalamku karena kekuatan dari tubuhku. Akhirnya pohon yang ketiga berkata, Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi terkuat di hutan ini. orang akan memandangku dari atas puncak bukit dapat melihat carang-carangku. Kalau orang berpikir ttg surga Allah betapa dekatnya jangkauanku ke sana.Aku akan menjadi pohon yang terbesar di sepanjang waktu orang akan mengingat aku senantiasa.


Setelah beberapa tahun berdoa mimpi mereka menjadi kenyataan, datanglah satu kelompok penebang kayu ke hutan itu. Ketika seorang penebang kayu menghampiri pohon pertama ia berkata, Kelihatannya pohon ini kuat sekali, aku kira ini dapat dijual kepada seorang tukang kayu dan ia mulai menebang pohon itu. Pohon tersebut bahagia sekali karena ia tahu bahwa si tukang kayu akan menjadikannya sebuah peti penyimpan harta. Seorang penebang kayu lainnya berkata kepada pohon yang kedua, Kelihatannya pohon ini kuat aku dapat menjualnya kepada tukang pembuat kapal. Pohon tersebut bahagia karena ia tahu ia akan menjadi sebuah kapal yang besar. Ketika seorang penebang kayu menghampiri pohon yang ketiga, pohon tersebut ketakutan karena ia tahu kalau ia sampai ditebang., maka mimpinya tdk akan menjadi kenyataan. Salah seorang penebang kayu berkata, Aku tdk perlu sesuatu yang spesial dari pohon ini jadi aku bawa saja ditebanglah pohon itu.


Ketika pohon pertama dibawa kepada tukang kayu, ia dijadikan sebuah kotak tempat makanan hewan. Ia diletakkan di sebuah kandang dipenuhi dgn jerami. Hal ini bukanlah seperti yang pohon tersebut doakan. Pohon kedua dipotong-potong dijadikan sebuah perahu kecil pemancing ikan. Mimpinya menjadi sebuah kapal yang besar yang dpt membawa para raja berakhir sudah.Pohon ketiga dipotong-potong dalam ukuran yang besar-besar ditinggali begitu saja dalam kegelapan.


Tahun demi tahun berlalu pohon-pohon tersebut sudah lupa akan mimpi mereka. Suatu hari ada seorang pria wanita datang ke kandang tersebut. Si wanita melahirkan seorang bayi meletakkan bayi tersebut dalam kotak makanan hewan (yang dibuat dari pohon pertama) yang dipenuhi jerami. Si pria berharap mendapatkan tempat tidur utk bayi tersebut tapi palungan itulah yang menjadi tempatnya. Pohon tersebut dapat merasakan betapa penting peristiwa tersebut ia telah menyimpan harta yang termulia sepanjang jaman.


Tahun-tahun berikutnya, sekelompok orang berada dalam sebuah perahu pemancing ikan dibuat dari pohon yang kedua. Salah seorang dari mereka sedang kelelahan akhirnya tertidur. Ketika mereka ada di tengah-tengah laut, gelombang besar melanda mereka pohon tersebut tdk menyangka kalau ia cukup kuat utk menyelamatkan orang-orang yang ada dalam perahu tersebut. Orang-orang tersebut membangunkan orang yang sedang tidur itu, kemudian ia berdiri sambil berkata diam, tenanglah gelombang tersebut berhenti. Kali ini pohon tersebut menyadari bahwa ia telah membawa raja diatas segala raja dalam perahunya.


Akhirnya ada seorang datang mendapatkan pohon yang ketiga. Pohon tersebut diseret sepanjang jalan banyak yang mengejek orang yang sedang memikul kayu tersebut. Ketika mereka sampai pada suatu tempat, orang tersebut dipakukan pada kayu tersebut diangkat tinggi sampai mati di atas sebuah puncak bukit. Ketika hari Minggu tiba, pohon tersebut menyadari bahwa ia cukup kuat utk tegak berdiri diatas puncak berada sedekat mungkin dgn Allah karena Yesus telah disalibkan pada kayu pohon tersebut.




Ketika segala rencana tdk sesuai dgn apa yang kita harapkan, selalu ingat bahwa TUHAN punya rencana utk saudara. Kalau kita menaruh percaya padaNya, Ia akan memberi saudara karunia-karunia besar. Masing-masing pohon tersebut mendapatkan apa yang mereka ingini, cuma tdk seperti yang mereka bayangkan.


YESAYA 55
(8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
(9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
(10) Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
(11) demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
(12) Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.
(13) Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad, dan itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.

Ayo Papa, Kita Berangkat!

Seorang anak kecil dengan mata berbinar dan wajah mungil yang bercahaya berkata: "Papa, sudah hampir waktunya Sekolah Minggu. Ayo kita berangkat! Mereka mengajar kita tentang kasih Yesus, bagaimana Dia mati bagi semua orang yang memanggil nama-Nya!"

"Oh, tidak!" kata sang papa,"Tidak hari ini. Aku telah bekerja begitu keras sepanjang minggu. Aku akan pergi ke danau untuk bersantai dan beristirahat sambil memancing. Jadi, jangan ganggu Papa. Kita akan pergi ke gereja suatu hari nanti."

Bulan dan tahun terus berganti tetapi si papa tidak pernah lagi mendengar permohonan,"Ayo kita pergi ke Sekolah Minggu!"

Masa kanak-kanak si gadis telah berakhir. Dan, sang papa mulai menjadi tua. Sampai kemudian ia menyadari sudah tiba waktunya ia perlu pergi ke gereja. Tetapi apa yang dikatakan putrinya? "Oh, Papa, tidak hari ini! Saya begadang hampir setiap malam. Jadi, saya perlu tidur sekarang. Tidakkah Papa lihat penampilan saya pun begitu kusut?"

Mendengar itu, sang papa mengangkat tangannya yang bergetar untuk menghapus airmata. Sekali lagi ia teringat wajah seorang gadis kecil yang dengan bersemangat berkata," Papa, sudah hampir waktunya Sekolah Minggu. Ayo kita berangkat!"

Sudahkah Anda menyiapkan diri untuk membawa anak Anda ke gereja pada hari Minggu ini?  


Efesus 6:4
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. 

Rabu, 12 Oktober 2011

Pikirkan sebelum menjawab

Anda sedang mengendarai mobil Anda dalam hujan lebat dan badai pada malam hari. Anda melewati sebuah halte bis dan di situ ada tiga orang sedang menunggu bis: 

  1. Seorang wanita tua yang tampaknya sakit parah.
  2. Seorang teman yang pernah menyelamatkan jiwa Anda.
  3. Seorang wanita (atau pria) idaman yang menjadi impian Anda. 

Yang mana dari ketiganya yang Anda tawari untuk menumpang mobil Anda, karena hanya satu penumpang saja yang boleh ada di mobil Anda?

Pikirlah dahulu sebelum Anda melanjutkan membaca! 
 
Ini suatu dilema moral/etis yang pernah digunakan sebagai bagian tes untuk suatu penerimaan lamaran kerja.
Anda bisa membawa wanita tua itu, karena kalau tidak ia bisa mati, jadi Anda harus pertama-tama menyelamatkan dia dulu, atau Anda bisa membawa sahabat Anda yang pernah menyelamatkan jiwa Anda, dengan begitu Anda dapat membalas budinya. Tetapi kalau begitu, Anda tidak akan menemukan wanita (atau pria) idaman Anda itu lagi. 

Ketika tes ini diberikan, salah satu calon (dari 200 pelamar) memberikan jawaban berikut ini. 


APA YANG IA KATAKAN?
Ia menjawab: Saya akan memberikan kunci mobil saya kepada sahabat saya itu, dan meminta ia membawa wanita tua itu ke rumah sakit. Saya akan tinggal di situ menunggu bis bersama wanita idaman saya.