Kamis, 13 Oktober 2011

MATA YANG MENDENGAR, JARI YANG MELIHAT

(Perancis dan seluruh dunia, 1824 hingga kini)

Berita Alkitab itu diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di seluruh
dunia, bukankah begitu?

Akan tetapi, . . . bagaimana dengan manusia yang tidak dapat melihat?
Bagaimana dengan manusia yang tidak dapat mendengar? Bagaimana dengan
manusia yang memang dapat melihat dan mendengar, namun tidak dapat
membaca? Bukankah mereka itu juga berhak memperoleh berita Alkitab?

Ada bermacam-macam cara menyampaikan Firman Allah kepada orang-orang
yang buta, yang tuli, atau yang buta huruf. Pasal 3 dan pasal 11 dalam
buku ini, serta beberapa pasal dalam jilid-jilid lain dari buku seri
ini, memuat kisah nyata tentang hamba-hamba Tuhan yang pernah menyusun
abjad untuk bahasa yang belum pernah ditulis, lalu mengajarkannya
kepada orang-orang buta huruf sehingga mereka dapat membaca Alkitab
dalam bahasa ibu mereka.

Akan tetapi, . . . bagaimana kalau ada orang-orang tertentu yang
tidak begitu berminat belajar membaca? Bagaimana kalau ada suku
terasing yang sama sekali tidak peduli akan hal tulisan atau bahan
cetakan? Bagaimana kalau menurut adat kebiasaan suku itu, segala
sesuatu sebaiknya disampaikan secara lisan saja?

Untuk orang-orang seperti itu, ada banyak pengabar Injil di seluruh
dunia yang suka menyampaikan inti Alkitab berupa serangkaian cerita.
Mereka bercerita mulai dengan penciptaan alam, dan mencapai puncaknya
dengan menceritakan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kadang-kadang ada cerita-cerita Alkitab yang direkam; lalu rekaman itu
diputar di daerah pemukiman yang terpencil. Kadang-kadang ada juga
gambar-gambar sederhana yang dapat turut menjelaskan "Alkitab lisan"
itu.

Lain lagi masalahnya di negeri Jepang. Konon, bangsa Jepang pada
umumnya sangat maju dan berpendidikan tinggi. Namun bagi orang Jepang
yang tuli, besar halanggannya jika ia hendak membaca Alkitab. Sama
seperti kaum tuna rungu di negeri-negeri lain, orang-orang tuli di
Jepang itu dapat berkomunikasi melalui isyarat tangan. Akan tetapi,
bahasa Jepang yang disampaikan melalui isyarat itu, agak berbeda
dengan bahasa Jepang yang ditulis. Banyak seluk beluk yang harus
diperagakan dengan raut muka dan sikap badan. Oleh karena itu, orang
tuli di Jepang amat sulit membaca Alkitab dengan penuh pengertian,
walau dalam bahasanya sendiri sekalipun.

Pada tahun 1993, sekelompok umat Kristen di Jepang mulai menyediakan
Firman Allah dalam bentuk yang sungguh lain daripada yang lain.
Seorang Jepang yang pandai memperagakan bahasa isyarat itu
berturut-turut "membacakan" seluruh isi Kitab Injil Markus. Semua
gerak-geriknya itu diabadikan dengan bantuan sebuah kamera video. Lalu
rekaman video itu diperbanyak dan diedarkan kepada orang-orang tuli
di seluruh Jepang. Barulah mereka benar-benar dapat menangkap seluruh
arti Berita Baik tentang Tuhan Yesus. Boleh dikatakan, orang-orang
Jepang itu memperoleh Firman Tuhan melalui mata yang mendengar.

Mungkin kisah nyata yang paling menarik tentang berbagai macam usaha
sepanjang abad untuk menyediakan Alkitab bagi orang-orang yang ada
kelainannya itu, ialah cerita tentang jari yang melihat. Cerita itu
dimulai hampir dua abad yang lalu, dengan seorang bocah Perancis
bernama Louis Braile . . . .

Louis Braile dilahirkan pada tahun 1809, di sebuah desa yang letaknya
tiga puluh kilometer di sebelah timur ibu kota Paris. Ayahnya seorang
tukang pembuat tali-temali. Si Louis suka bermain dengan sisa-sisa
kulit binatang yang dipakai di bengkel ayahnya. Pada suatu hari,
ketika ia berusaha membuat lubang dengan penggerek, alat itu selip dan
mengenai pada bola matanya.

Sebagai akibat kecelakaan itu, Louis Braille menjadi buta sama
sekali. Namun ia masih tetap ingin belajar tentang segala sesuatu,
masih tetap ingin menikmati hidupnya sepenuhnya. Dengan bantuan orang
tua dan kakak-kakaknya, bocah tuna netra itu menemukan berbagai-bagai
cara untuk memanfaatkan setiap kecakapan yang masih ada padanya.
Misalnya: Bila ia mencium bau daging ayam, bawang, dan kentang, ia
tahu bahwa ibunya sedang memasak sup. Bila ia mendengar bunyi
gerabak-gerubuk roda besar di jalan, ia tahu bahwa tetanggannya sedang
membawa hasil tani ke pasar.

Tetapi anggota tubuh yang paling menolong si Louis untuk mengalami
keanekaragaman dunia di sekitarnya itu ialah, kesepuluh jarinya.
Dengan jari-jarinya itu ia dapat menjamah sehingga dapat membedakan
buah apel dengan buah jeruk, alat penggerek dengan alat pengikis,
kotak kecil dengan buku besar.

Nah, buku-uku itu! Khususnya buku-buku yang menarik perhatian si
Louis. Ia senang mendengar cerita yang disampaikan oleh orang lain.
Namun dalam hatinya ia bertanya: Kapan aku dapat membaca sendiri
buku-buku yang memuat cerita-cerita itu?

Pada umur sepuluh tahun, Louis Braille meninggalkan rumah orang
tuanya dan pergi ke Paris, karena ia telah diterima di sebuah sekolah
khusus untuk anak-anak buta. Ia sangat merindukan keluarganya. Namun
ia senang dapat pergi ke sekolah, karena ia telah mendengar, di
sekolah itu anak-anak tuna netra pun dapat belajar membaca buku.

Memang di sekolah itu ada buku-buku khusus untuk orang buta. Setiap
buku itu besar sekali, karena di dalamnya setiap huruf harus dicetak
menonjol. Dengan menjamah huruf-huruf yang besar itu satu persatu, si
Louis dapat mengenali bentuk tonjolannya. Lalu dengan susah payah ia
dapat mengingat deretan huruf-huruf yang digabung itu sehingga menjadi
kalimat.

Perlahan-lahan saja cara Louis Braille dapat membaca! Namun dalam
waktu yang singkat, ia telah berhasil membaca semua buku yang ada di
perpustakaan sekolah khusus itu.

"Mahal sekali mencetak sebuah buku gede dengan huruf-huruf yang
menonjol begini!" para guru menjelaskan kepadanya. "Kau tidak usah
mengharapkan orang akan mencetak banyak buku semacam itu."

Louis Braille sungguh merasa kecewa pada saat ia menyadari bahwa
jumlah buku dalam perpustakaan khusus di sekolah anak-anak buta di ibu
kota itu kurang dari dua puluh jilid. Tetapi ia berbesar hati bila
para guru mulai mengajar ketrampilan-ketrampilan lain, di samping
membaca. Ia menjadi pandai memainkan piano, organ, dan selo (semacam
alat musik gesek yang mirip biola tetapi ukurannya lebih besar). Ada
juga bengkel pembuat sepatu di sekolah itu, dan si Louis begitu rajin
bekerja sehingga ia ditunjuk menjadi mandornya.

Pada umur dua belas tahun, Louis Braille sempat bertemu dengan mantan
guru kepala sekolah khusus itu, yakni orang yang mula-mula medapat
gagasan mencetak buku-buku besar dengan huruf-huruf menonjol. Si Louis
sangat menghargai jasa guru pensiunan yang sudah tua itu. Namun ia pun
rindu menemukan suatu cara untuk menghasilkan banyak buku bagi orang
buta, dan bukan hanya sedikit saja.

Rasanya harus ada semacam abjad khusus, kata Louis Braille pada diri
sendiri. Setiap huruf dalam abjad baru itu harus cukup sederhana, dan
harus juga cukup kecil sehingga dapat dirasakan oleh ujung jari
manusia.

Pada waktu liburan sekolah, si Louis pulang ke desa. Sepanjang masa
libur itu, ia tekun mengadakan percobaan dengan bermacam-macam bahan
baku dan alat pertukangan. Ia berusaha menyusun suatu abjad baru
dengan memakai berbagai-bagai bentuk: bulat, segitiga, dan persegi
empat. Bahkan ia berusaha menggunakan tanda-tanda zodiak sebagai
pengganti huruf-huruf biasa. Namun semua usahanya itu sia-sia belaka.

Bila Louis Braille dan teman-temannya kembali ke sekolah di ibu kota,
kepada mereka guru kepala menyerahkan beberapa helai kertas tebal
dengan bintik-bintik kecil yang terasa menonjol. "Seorang perwira
tentara telah menyesuaikan semacam kode Morse sehingga dapat dipakai
pada waktu malam," kata guru kepala itu. "Di tempat yang sedang
terjadi peperangan, berbahaya sekali pada malam hari jika menyalakan
lilin atau lampu. Jadi, melalui sistem ini, para tentara dapat
menjamah berbagai tonjolan, dan dengan demikian mereka dapat mengerti
perintah yang hendak disampaikan oleh atasan mereka."

Nah, ini dia! kata Louis Braille dalam hati. Ia sudah menemukan
prinsip abjad baru yang sangat dirindukannya itu. Aku dapat membuat
tonjolan-tonjolan kecil seperti ini, dengan menggunakan alat penggerek
dari bengkel ayahku. Tetapi . . . sistem sang perwira ini masih kurang
praktis, karena tidak cocok dengan ukuran ujung jari manusia.

Jika manusia menudingkan jari, ujungnya itu berbentuk lebih meninggi
daripada melebar. Jadi, pada kertas tebal si Louis membuat susunan
enam bintik tonjolan; susunan itu tingginya tiga bintik dan lebarnya
dua bintik. Sedikit demi sedikit ia menyusun berbagai-bagai kombinasi
antara keenam bintik tonjolan itu, sehingga dengan demikian ia dapat
membuat sebuah abjad baru. Dan abjad itu dapat dijamah dengan cepat
oleh jari-jari manusia, sehingga dengan demikian orang buta dapat
membaca banyak buku! . . .

Ya, sungguh menakjubkan: Tulisan Braille itu ditemukan oleh seorang
bocah Perancis yang baru berumur 15 tahun. Memang sistemnya itu masih
perlu diperkembangkan dan disempurnakan. Namun tulisan Braille, yang
pada masa kini dikenal di seluruh dunia, semuanya berasal dari
penemuan si Louis pada tahun 1824 itu.

Sebagai seorang dewasa, Louis Braille menjadi guru anak-anak tuna
netra dan pemain organ di gereja. Lama sekali ia harus memperjuangkan
sistem tulisannya itu. Ia pun meninggal tahun 1852 pada umur relatif
muda, sebelum tulisan Braille itu menjadi lazim di mana-mana. Namun
lambat laun sistemnya itu terbukti secara tuntas sebagai cara yang
paling praktis untuk menyediakan banyak buku bagi kaum tuna netra.

Kitab lengkap yang pertama-tama dicetak dalam tulisan Braille itu
adalah Kitab Mazmur. Contoh singkat yang dipakai untuk memperkenalkan
tulisan Braille dalam bahasa Italia, bahasa Spanyol, bahasa Jerman,
dan bahasa Inggris ialah, Doa Bapa Kami. Pada masa sekarang, sudah ada
Alkitab tulisan Braille dalam berpuluh-puluh bahasa, termasuk bahasa
Indonesia. Satu Alkitab lengkap dengan tulisan abjad khusus pada
kertas tebal itu terdiri dua puluh jilid; beratnya 41 kilogram.

Banyak orang buta di seluruh dunia yang dapat menerima Berita Baik,
oleh karena penemuan Louis Braille itu ketika ia baru berumur 15
tahun. Dengan jari yang melihat, kaum tuna netra di mana-mana dapat
memperoleh Firman Allah dalam bahasa mereka sendiri.

Kisah Tiga Pohon [Dipakai Tuhan, rencana Tuhan]

Suatu kali peristiwa ada tiga pohon di atas sebuah bukit dalam sebuah hutan. Mereka sedang berbincang-bincang tentang harapan-harapan dan mimpi-mimpi mereka.
Pohon yang pertama berkata, Suatu hari nanti aku berharap bisa menjadi sebuah kotak tempat penyimpanan harta. Aku bisa dihiasi dengan ukiran-ukiran yang rumit, setiap orang akan melihat kecantikanku. Kemudian pohon yang kedua berkata, Suatu hari nanti aku akan menjadi sebuah kapal yang besar.Aku akan membawa para raja dan ratu mengarungi lautan sampai ke ujung-ujung bumi. Setiap orang akan merasa aman dalamku karena kekuatan dari tubuhku. Akhirnya pohon yang ketiga berkata, Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi terkuat di hutan ini. orang akan memandangku dari atas puncak bukit dapat melihat carang-carangku. Kalau orang berpikir ttg surga Allah betapa dekatnya jangkauanku ke sana.Aku akan menjadi pohon yang terbesar di sepanjang waktu orang akan mengingat aku senantiasa.


Setelah beberapa tahun berdoa mimpi mereka menjadi kenyataan, datanglah satu kelompok penebang kayu ke hutan itu. Ketika seorang penebang kayu menghampiri pohon pertama ia berkata, Kelihatannya pohon ini kuat sekali, aku kira ini dapat dijual kepada seorang tukang kayu dan ia mulai menebang pohon itu. Pohon tersebut bahagia sekali karena ia tahu bahwa si tukang kayu akan menjadikannya sebuah peti penyimpan harta. Seorang penebang kayu lainnya berkata kepada pohon yang kedua, Kelihatannya pohon ini kuat aku dapat menjualnya kepada tukang pembuat kapal. Pohon tersebut bahagia karena ia tahu ia akan menjadi sebuah kapal yang besar. Ketika seorang penebang kayu menghampiri pohon yang ketiga, pohon tersebut ketakutan karena ia tahu kalau ia sampai ditebang., maka mimpinya tdk akan menjadi kenyataan. Salah seorang penebang kayu berkata, Aku tdk perlu sesuatu yang spesial dari pohon ini jadi aku bawa saja ditebanglah pohon itu.


Ketika pohon pertama dibawa kepada tukang kayu, ia dijadikan sebuah kotak tempat makanan hewan. Ia diletakkan di sebuah kandang dipenuhi dgn jerami. Hal ini bukanlah seperti yang pohon tersebut doakan. Pohon kedua dipotong-potong dijadikan sebuah perahu kecil pemancing ikan. Mimpinya menjadi sebuah kapal yang besar yang dpt membawa para raja berakhir sudah.Pohon ketiga dipotong-potong dalam ukuran yang besar-besar ditinggali begitu saja dalam kegelapan.


Tahun demi tahun berlalu pohon-pohon tersebut sudah lupa akan mimpi mereka. Suatu hari ada seorang pria wanita datang ke kandang tersebut. Si wanita melahirkan seorang bayi meletakkan bayi tersebut dalam kotak makanan hewan (yang dibuat dari pohon pertama) yang dipenuhi jerami. Si pria berharap mendapatkan tempat tidur utk bayi tersebut tapi palungan itulah yang menjadi tempatnya. Pohon tersebut dapat merasakan betapa penting peristiwa tersebut ia telah menyimpan harta yang termulia sepanjang jaman.


Tahun-tahun berikutnya, sekelompok orang berada dalam sebuah perahu pemancing ikan dibuat dari pohon yang kedua. Salah seorang dari mereka sedang kelelahan akhirnya tertidur. Ketika mereka ada di tengah-tengah laut, gelombang besar melanda mereka pohon tersebut tdk menyangka kalau ia cukup kuat utk menyelamatkan orang-orang yang ada dalam perahu tersebut. Orang-orang tersebut membangunkan orang yang sedang tidur itu, kemudian ia berdiri sambil berkata diam, tenanglah gelombang tersebut berhenti. Kali ini pohon tersebut menyadari bahwa ia telah membawa raja diatas segala raja dalam perahunya.


Akhirnya ada seorang datang mendapatkan pohon yang ketiga. Pohon tersebut diseret sepanjang jalan banyak yang mengejek orang yang sedang memikul kayu tersebut. Ketika mereka sampai pada suatu tempat, orang tersebut dipakukan pada kayu tersebut diangkat tinggi sampai mati di atas sebuah puncak bukit. Ketika hari Minggu tiba, pohon tersebut menyadari bahwa ia cukup kuat utk tegak berdiri diatas puncak berada sedekat mungkin dgn Allah karena Yesus telah disalibkan pada kayu pohon tersebut.




Ketika segala rencana tdk sesuai dgn apa yang kita harapkan, selalu ingat bahwa TUHAN punya rencana utk saudara. Kalau kita menaruh percaya padaNya, Ia akan memberi saudara karunia-karunia besar. Masing-masing pohon tersebut mendapatkan apa yang mereka ingini, cuma tdk seperti yang mereka bayangkan.


YESAYA 55
(8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
(9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
(10) Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
(11) demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
(12) Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.
(13) Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad, dan itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.

Ayo Papa, Kita Berangkat!

Seorang anak kecil dengan mata berbinar dan wajah mungil yang bercahaya berkata: "Papa, sudah hampir waktunya Sekolah Minggu. Ayo kita berangkat! Mereka mengajar kita tentang kasih Yesus, bagaimana Dia mati bagi semua orang yang memanggil nama-Nya!"

"Oh, tidak!" kata sang papa,"Tidak hari ini. Aku telah bekerja begitu keras sepanjang minggu. Aku akan pergi ke danau untuk bersantai dan beristirahat sambil memancing. Jadi, jangan ganggu Papa. Kita akan pergi ke gereja suatu hari nanti."

Bulan dan tahun terus berganti tetapi si papa tidak pernah lagi mendengar permohonan,"Ayo kita pergi ke Sekolah Minggu!"

Masa kanak-kanak si gadis telah berakhir. Dan, sang papa mulai menjadi tua. Sampai kemudian ia menyadari sudah tiba waktunya ia perlu pergi ke gereja. Tetapi apa yang dikatakan putrinya? "Oh, Papa, tidak hari ini! Saya begadang hampir setiap malam. Jadi, saya perlu tidur sekarang. Tidakkah Papa lihat penampilan saya pun begitu kusut?"

Mendengar itu, sang papa mengangkat tangannya yang bergetar untuk menghapus airmata. Sekali lagi ia teringat wajah seorang gadis kecil yang dengan bersemangat berkata," Papa, sudah hampir waktunya Sekolah Minggu. Ayo kita berangkat!"

Sudahkah Anda menyiapkan diri untuk membawa anak Anda ke gereja pada hari Minggu ini?  


Efesus 6:4
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. 

Rabu, 12 Oktober 2011

Pikirkan sebelum menjawab

Anda sedang mengendarai mobil Anda dalam hujan lebat dan badai pada malam hari. Anda melewati sebuah halte bis dan di situ ada tiga orang sedang menunggu bis: 

  1. Seorang wanita tua yang tampaknya sakit parah.
  2. Seorang teman yang pernah menyelamatkan jiwa Anda.
  3. Seorang wanita (atau pria) idaman yang menjadi impian Anda. 

Yang mana dari ketiganya yang Anda tawari untuk menumpang mobil Anda, karena hanya satu penumpang saja yang boleh ada di mobil Anda?

Pikirlah dahulu sebelum Anda melanjutkan membaca! 
 
Ini suatu dilema moral/etis yang pernah digunakan sebagai bagian tes untuk suatu penerimaan lamaran kerja.
Anda bisa membawa wanita tua itu, karena kalau tidak ia bisa mati, jadi Anda harus pertama-tama menyelamatkan dia dulu, atau Anda bisa membawa sahabat Anda yang pernah menyelamatkan jiwa Anda, dengan begitu Anda dapat membalas budinya. Tetapi kalau begitu, Anda tidak akan menemukan wanita (atau pria) idaman Anda itu lagi. 

Ketika tes ini diberikan, salah satu calon (dari 200 pelamar) memberikan jawaban berikut ini. 


APA YANG IA KATAKAN?
Ia menjawab: Saya akan memberikan kunci mobil saya kepada sahabat saya itu, dan meminta ia membawa wanita tua itu ke rumah sakit. Saya akan tinggal di situ menunggu bis bersama wanita idaman saya.

Selasa, 16 November 2010

Kisah George

Aku dilahirkan dengan sifat mirip dengan papaku. Papaku, orangnya sangat keras tapi berhati lembut. Diam-diam aku mulai membandingkan sifat-sifatku dengannya. Dia orangnya cepat marah dan kalau marah dia bisa diam seribu bahasa. Jika ada orang yang menghinanya atau menyinggung perasaannya tak segan dia pasti membalasnya dengan lebih kasar dengan apa yang diperbuat orang tersebut. Jika dia sudah berlaku baik terhadap sahabatnya, dan sahabatnya itu berlaku sebaliknya tidak segan-segan orang tersebut di musuhinya alias kita tidak bisa bersahabat lagi. Sifat itu persis sama dengan yang aku punya. Mungkinkah itu genetic namanya? Atau apalah namanya, aku pikir kesamaan kelemahan itulah yang membuat aku merasa menjadi kembaran papaku.

Tidak gampang mengakui kelemahan itu pikirku. Aku sudah terbentuk seperti ini di dalam keluargaku. Karakterku tidak bisa berubah begitu saja. Dan aku tidak pernah merugikan orang lain pikirku. Jika ada orang yang baik kepadaku, aku pasti baik tapi jika orang berbuat jahat kepadaku, aku tidak perduli dan mau tahu tentang orang tersebut. Istilahnya dalam kamusku mengampuni adalah kata langka dalam kamus hidupku.Satu kali aku membaca sebuah artikel yang sangat menyentuh hatiku dan membuatku berubah.

Pada suatu hari, hari itu begitu cerah sebab george, 15 thn diajak mamanya pergi ke stasiun untuk menjemput pamannya yang baru tiba dari Los Angeles. George dengan senang hati memakai bajunya yang terbaik, tidak lupa dia menyemir sepatunya supaya mengkilat. Paman John, selalu membawa buku kesukaan George. Itu yang di tunggu-tunggu oleh George. Setelah mereka siap mamanya mulai menyetir mobil butut mereka dan berkata George sesampainya di stasiun bisakah kamu menunggu di ruang tunggu dan jangan jauh-jauh dari tempat itu. Karena mama sering melihat anak-anak sebayamu suka berkelahi antar gang di stasiun. Jadi hati-hatilah.

George tahu mamanya sangat kuatir karena memang akhir-akhir ini di televisi diberitakan bahwa ada perkelahian antar gang. Gang orang putih dan gang orang hitam. George sendiri tidak tahu pasti apa pokok masalah gang-gang itu sehingga mereka sering berkelahi. Tapi yang pasti George berdoa kepada Tuhan karena dia percaya Tuhan selalu menjaganya kemanapun dia dan mamanya pergi. Sejak papanya meninggal mamanya selalu pergi bersamanya. Walaupun mamanya Cuma seorang perawat di sebuah rumah sakit yang tidak terlalu terkenal tapi George merasa keluarga mereka selalu bahagia. George punya suatu keinginan jika dia sudah lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan dengan gaji yang baik, dia akan membelikan mamanya rumah. Karena sekarang mereka hanya tinggal di sebuah apartemen kecil.

George, George, kita sudah sampai panggil mamanya membuyarkan lamunannya tentang masa depan. Mereka bergegas masuk ke stasiun. Orang-orang sudah mulai berdatangan untuk menjemput sanak-saudara mereka. Kurang 20 menit lagi kereta yang ditumpangi pamannya akan tiba. Mamanya tiba-tiba menitipkan tas tangan berwarna hitam kepada George, sambil berkata George mama mau ke toilet sebentar. Bisakah kamu duduk disini sampai mama kembali? George mengganggukan kepalanya tanda mengiyakan karena di dalam kepalanya dia masih penasaran serta menerka-nerka buku apakah gerangan yang akan dia dapatkan dari paman John.

Di toilet, Ross mengucap syukur kepada Tuhan, karena ada George permata hatinya.George adalah penghiburannya. Ross mencuci tangannya sambil tersenyum memandangi dirinya di depan cermin. Rambutnya sudah ada ubannya. Walaupun kulitmu hitam tapi senyummu manis. Itu kalimat yang sering diucapkan oleh papanya George. Jika Ross melihat wajah George dia selalu teringat akan almarhum, Mark. Mmm, Mark meninggal saat George berumur 8 thn. Mark ditembak oleh orang yang tidak dikenal. Sampai sekarang si penembak belum tertangkap. Ross tidak mau mengingat hal itu lagi karena dengan mengingat kejadian itu lagi berarti dia tidak mengampuni orang yang telah menembak Mark suaminya.

Ross bergegas keluar dari toilet dan menuju tempat dimana George duduk. Sampai di tempat ruang tunggu, tidak didapatinya george. Kemana George, pikirnya sudah diperingatkan jangan kemana-mana masih saja anak itu tidak mendengarkan nasehatnya. Tak berapa jauh dari tempatnya berdiri, Ross melihat ada anak-anak seusia George kira-kira 5 orang sedang di borgol polisi. Mereka adalah anak-anak kulit putih, astaga ditangan mereka ada yang membawa senjata laras panjang serta pistol betulan. Tiba-tiba Ross mulai pusing melihat begitu banyak kerumunan orang. Dan tiba-tiba dia melihat ada ambulance datang, dan ada sebuah tandu diturunkan, dan orang yang terbaring di atas tandu tersebut? Sepertinya ada orang yang mengalami kecelakaan pikirnya. Ross tidak jelas mengenalnya karena semakin banyak orang yang ada di sekitar tempat itu untuk melihat kejadian tersebut dari jarak dekat. Ross berlari kearah kerumunan orang-orang, dia berpikir pasti George ada di sekitar kerumunan orang-orang itu.Waktu dia mendekat jaraknya hanya 25 meter, Ross bisa melihat dengan jelas diatas tandu tersebut George, anak satu-satunya, terbujur kaku bermandikan darah. Yang diingatnya hanya dia pingsan setelah itu.

Tiba-tiba Ross terbangun di sebuah ruangan yang semuanya berwarna putih yang dia tahu pasti tempat ini adalah rumah sakit. Ada seorang polisi perempuan mendekatinya dan mengulurkan segelas air putih kepadanya. Hi, saya Maria, dia memperkenalkan dirinya. George,George bisik Ross dengan pelan kepada polisi tersebut. Dia menggenggam tangan Ross dengan lembut sambil mengatakan Maafkan aku anak ibu tidak bisa diselamatkan lagi. Dia mendapat 3 tembakan. Waktu kami bawa ke rumah sakit, dia masih sadar tapi setelah itu dia meninggal karena kehabisan darah. Ross tidak bisa berkata apa-apa lagi selain air matanya yang terus mengalir. Dalam diam Ross hanya berdoa meminta kekuatan kepada Tuhan. Ross harus belajar menerima kenyataan pahit. Ya, sangat Pahit suami dan anaknya meninggal dengan cara yang sama yaitu dengan di tembak. Polisi mengindifikasi bahwa gang anak putihlah yang telah menembak George. Anak-anak tersebut mengira George adalah musuhnya karena George berkulit hitam.

Satu bulan kemudian Ross diperkenankan bertemu dengan anak-anak yang telah menembak George dan setelah itu dia mengadakan press conference. Bapak-ibu sekalian saya berdiri disini sebagai seorang ibu yang sangat mengasihi anak saya satu-satunya. Saya mendedikasikan hidup saya untuk anak saya. Berat ketika saya tahu dia telah pergi meninggalkan saya untuk selama-lamanya. Tapi di tempat saya berdiri, saya mau tegaskan, jangan ada lagi pertumpahan darah. Kehilangan orang yang paling kita kasihi itu sangat menyakitkan. Kepada orang yang telah menembak George dan semua keluarganya saya mau mengatakan bahwa saya tidak memiliki dendam sedikitpun. Saya telah mengampuni mereka. Seperti Yesus telah mengampuni dosa-dosa saya, demikian juga saya telah mengampuni kalian. Ross merelakan kematian George karena dia tahu George sudah ada di tempat yang nyaman bersama Bapa di Surga.

Kisah diatas mengubah cara berpikirku seratus persen tentang hal mengampuni. Jika ada orang yang berbuat jahat kepada kita, tetaplah mengasihi mereka. Karena kasih Allah tidak terbatas.

Kolose 3:13

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian

William Cutts

Tiba-tiba pintu rumah bersalin terbuka. Seorang dokter dengan pakaian khusus keluar. "istri anda dalam keadaan baik, namun sayang keadaan bayinya membahayakan jiwa istri anda. ada satu hal yang harus anda putuskan, keselamatan istri anda atau bayinya. Saya tahu hal ini sulit, namun kami telah berusaha sekuat mungkin. Akhirnya kami harus menemui anda, sebab keputusan anda amat menentukan, jika anda sudah siap, silahkan kami dihubungi dan menandatangi formulir ini." Setelah berkata demikian dokter tsb memeluk bahu pria yang diajak bicara.

Sorot matanya dibalik kaca mata yang tebal memberi semangat pada pria yang tubuhnya gemetar. Pria yang sedari tadi gelisah, sekarang bertambah gemetar setelah menerima berita yang meluncur dari mulut dokter yang memeluknya.

Wajahnya jadi pucat seperti mayat. Butiran keringat dingin sebesar kacang kedelai bermunculan di dahinya. Mulutnya menganga. lidahnya kelu, matanya nanar. Setelah berusaha menelan ludahnya, ia berusaha mengeluarkan kata-kata.

"Dokter..mm, bberi kesempatan saaaaya untuk berdoa." Kepala dokter tsb mengangguk, tanda setuju. Ruangan tunggu kelahiran bayi malam itu sepi menggigit, sinar lampunya nampak pudar.

Suasana saat itu bisa dingin menutupi tembok sekeliling ruangan itu. Pria itu kemudian tertunduk. Wajahnya ditenggelamkan atas kedua telapak tangannya yang menopangnya. Suara tangis tertahan bercampur kepedihan dan rasa takut menimbulkan suara yang keluar dari mulutnya seperti suara bergumam, tidak jelas. Suasana kembali sunyi. Kemudian ia perlahan bangkit, berjalan menuju perawat yang berdiri menunggunya.

"Suster, katakan kepada dokter, istri saya perlu diselamatkan, sedapat-dapatnya selamatkan juga anak saya, saya telah melihat harapan."

Suster itu hanya mengangguk, kemudian menyodorkan sehelai lembaran formulir. Setelah ditandatangi, ia kembali menunggu. Persalinan berlangsung sulit. Dokter berupaya mengeluarkan bayi dari dalam rahim wanita yang sudah mulai kehabisan tenaga. Dengan alat khusus, dokter tersebut mengupayakan kepala sang bayi dapat keluar terlebih dahulu. Namun tiba-2, crot..darah segar muncrat disertai bola mata yang masih terikat ototnya keluar menggelantung, baru kemudian kepala bayi. Merasa berpacu dengan waktu, dokter makin berusaha keras untuk mengeluarkan seluruh tubuh bayi itu. Bunyi gemeretak tulang rawan bayi yang patah karena proses tersebut. Akhirnya tubuh bayi yang mirip seonggok daging tsb utuh keluar dari dalam rahim. Persalinanpun berjalan sampai tuntas.

Dokter segera memerintahkan seorang perawat agar membersihkan tubuh bayi tersebut dan segera dimasukkan kantong mayat. Namun Tuhan yang mendengar doa bertindak lain. Tubuh bayi yang masih berlumuran darah dibersihkan terlebih dahulu oleh perawat. Saat tangan sang perawat membersihkan tubuh bayi di bagian dada sebelah kiri, nampak denyut jantung yang lemah. Tanda kehidupan. Ruapanya denyut yang lemah terlihat oleh sang perawat tsb. Segera bayi tsb dikirim ke ruang khusus.

4 th kemudian, bayi itu tumbuh menjadi seorang anak mirip monster hidup. Ia diberi nama William Cutts. Jika bayi normal, diusia sebelas thn telah belajar berjalan, tidak demikian dng William Cutts. Ia baru belajar merangkak seperti anjing. Kepala bagian kanan agak besar, matanya yang kanan rusak berat, tidak mungkin bisa melihat.Bahunya miring. Menjelang remaja, jalannya miring seperti tiang hampir roboh. Dan kata dokter, otaknya tak akan sanggup berkembang alias tidak mungkin bisa belajar seperti manusia normal.

Sudut pandang dokter rupanya beda dengan kedua orang tuanya, mereka melihat harapan. Orang tuanya terus membesarkannya dengan penuh kasih sayang. "Kelak anakku akan dipakai Tuhan secara luar biasa, sebab aku yakin harapan itu ada" demikian doa kedua orangtuanya, setiap kali melihat William Cutts yang selalu kesulitan dengan menyelaraskan jalannya dengan bahunya. Tuhanpun mewujudkan harapan anak-anakNYA.

Tepat pada waktuNYA, William Cutts bersimpuh dikakiNYA, satu ayat yang dipegangnya yang menjadi dasar panggilannya. "Justru didalam kelemahan kuasaKU menjadi sempurna" 2 Korintus 12:9 Inilah sumber perharapan baginya.

Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan orang yang berharap kepadaNYA. Tuhanpun membuktikan janjiNYA. Apa yang tidak dipandang oleh dunia, dipakai Allah secara luar biasa. Dengan segala keterbatasannya, William Cutts maju untuk taat. Harapan demi harapan terkuak setelah ia taat melangkah.

Setelah menyelesaikan sarjananya di sekolah theologia, ia menjadi utusan misi ke Irian Jaya, Indonesia. Tuhan meneguhkan janjiNYA, dalam kelemahan, kuasaNYA nyata. Tiap langkah pelayanan William Cutts, Tuhan meneguhkan dengan mujizatNYA. Semua ini diawali dengan orang yang melihat harapan dan mempercayai harapan di dalam Yesus itu pasti ada dan tidak pernah sia-2.

William Cutts telah meyaksikan apa makna hidup didalam pengharapan yang berlimpah di dalam Kristus
Yeremia 17:7-8
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

Bayang-Bayangnya Berbentuk Salib

(Kisah Selamatnya Seorang Atlit Olimpiade)

Pada tahun 1967 ketika mengikuti pelajaran di kelas fotografi Universitas Cincinnati, aku berkenalan dengan seorang pemuda bernama Charles Murray, siswa pada sekolah yang sama, yang sedang dilatih untuk persiapan Olimpiade musim panas tahun 1968 sebagai seorang pelompat indah papan kolam renang. Charles sangat sabar terhadapku ketika aku berbicara selama berjam-jam dengannya tentang Yesus Kristus dan bagaimana Ia telah menyelamatkanku.

Charles tidak dibesarkan di dalam keluarga yang berbakti di gereja manapun, jadi semua yang kuceritakan kepadanya mempesonakannya. Ia bahkan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pengampunan dosa. Akhirnya tibalah harinya di mana aku mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya. Aku bertanya apakah ia menyadari kebutuhan dirinya akan seorang penebus dan apakah ia siap untuk mempercayai Kristus sebagai Juru Selamat pribadinya. Aku melihat wajahnya berubah dan perasaan bersalah tergambar di situ. Namun jawabannya tegas sekali "Tidak".

Di hari-hari berikutnya, ia tampak diam dan sering kali aku merasa bahwa ia menjauhiku, sampai aku menerima telepon, yang datangnya dari Charles. Ia ingin mengetahui di mana ia dapat menemukan beberapa ayat di dalam Perjanjian Baru yang telah kuberikan kepadanya mengenai keselamatan.

Aku memberikan kepadanya referensi menuju beberapa pasal dan bertanya apakah aku dapat menemuinya. Ia menolak tawaranku dan mengucapkan terima kasih untuk ayat-ayat yang kuberikan. Aku dapat menebak bahwa ia amat gelisah, namun aku tak tahu di mana ia berada atau bagaimana cara untuk menolongnya. Oleh karena ia sedang berlatih untuk pertandingan Olimpiade, maka Charles memperoleh fasilitas khusus di kolam renang Universitas kami.

Di antara pukul 22.30 dan 23.00 malam itu, ia memutuskan untuk berenang dan melakukan sedikit latihan lompat papan. Malam di bulan Oktober itu sangat cerah dan bulan tampak penuh dan cemerlang. Kolam renang Universitas kami berada di bawah langit-langit kaca sehingga bulan dapat bersinar terang melalui puncak dinding di areal kolam.

Charles mendaki papan lompat yang paling atas untuk melakukan lompatannya yang pertama. Pada saat itu, Roh Allah mulai menempelaknya akan dosa-dosanya. Semua ayat-ayat yang telah dibacanya, semua saat-saat bersaksi kepadanya tentang Kristus, mulai memenuhi benaknya. Ia berdiri di atas papan dengan membelakangi kolam untuk melakukan lompatannya, merentangkan kedua tangannya untuk keseimbangan, memandang ke atas dinding dan melihat bayang-bayangnya sendiri yang disebabkan oleh cahaya bulan. Bayang-bayangnya berbentuk sebuah salib. Ia tak dapat menahan beban dosanya lebih lama lagi. Hatinya hancur dan ia duduk di atas papan lompat itu dan meminta Allah untuk mengampuninya dan menyelamatkannya. Ia percaya kepada Yesus Kristus di ketinggian lebih dari pada dua puluh kaki dari tanah.

Tiba-tiba, lampu-lampu di areal kolam menyala. Petugasnya masuk untuk mengadakan pemeriksaan kolam. Ketika Charles menengok ke bawah dari atas papannya, maka yang dilihatnya adalah kolam yang kosong yang telah dikeringkan untuk beberapa perbaikan. Hampir saja ia menerjunkan dirinya menuju kematian, namun salib telah menghentikannya dari bencana tersebut.

I Korintus 1:18 
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."